Bismillahirrahmanirrahim...
Ini tulisan pertamaku sebagai blogger pemula setelah ikut workshop "Gerakan Dosen Nge-Blog" pada 12 Agustus 2020 yang lalu. Sesuai tajuk blog ini "Catatan Pikiranku" maka sekiranya aku tidak memikirkan sesuatu maka tidak akan ada catatan di blog ini. Tapi tidak berarti jika tidak ada tulisan terbaru pada blog ini bukan berarti aku tidak sedang berpikir atau pikirannya sudah hilang.
Tulisan ini terasa spesial khususnya buatku selain karena ini tulisan pertama juga karena ditulis pada Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 (tapi terpublikasi di 18 Agustus 2020, gak apalah). Tulisan ini bukan dimaksud untuk menuangkan pendapatku akan makna peringatan hari kemerdekaan ke-75 tahun, orang lain sudah melakukannya dan bagus-bagus cara mereka memaknainya.
Jadi tulisan ini berkisah tentang hal-hal kecil saja yang aku pikirkan. Hal pertama, biasanya setiap ada peringatan hari nasional seperti Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, Hari Pendidikan Nasional, Hari Kesaktian Pancasila, Hari Pahlawan dan sebagainya beredar surat undangan dari Rektor untuk menghadiri upacara peringatannya. Tapi di momentum HUT RI ke-75, tak ada undangan upacara yang beredar di grup WA (undangan zaman now via WA saja). Hal ini dapat dimaklumi karena kondisi Pandemik COVID19 yang hingga saat ini masih belum menunjukkan tanda-tanda penurunan kasusnya. Tidak adanya undangan upacara berarti tidak ada kesempatan mendapatkan minyak goreng dari kampus... Wkwkwkwk.. Kok minyak goreng? Apa hubungannya dengan upacara? Begini, kampus memberikan apresiasi kepada dosen atau staff tendik yang hadir saat ada upacara tertentu. Mungkin karena tingkat kehadiran peserta yang rendah sehingga perlu distimulan. Hari pelaksanaan upacara sebagian besar adalah hari libur nasional sehingga banyak yang enggan datang ke kampus jika hanya mengikuti upacara bendera. Ini menurut pendapatku karena aku seorang saksi dan juga pelaku, hahaha. Oke..jadi sebenarnya ini cerita aslinya tentang "minyak goreng" bukan upacara 17-an. Pengantar yang panjang di awal tulisan hanya "gimmick" saja.
Hal kedua, sehari sebelum peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 2020 beredar di grup WA foto uang pecahan 75000 rupiah. Semula aku tak merespon info ini karena boleh jadi orang iseng saja, tetapi setelah muncul banyak pemberitaan bahwa uang pecahan 75000 adalah uang edisi khusus untuk memperingati HUT RI ke-75 yang kabarnya hanya dicetak sebanyak 75 juta lembar. Ditambah lagi berita bahwa masyarakat dapat memiliki uang edisi khususnya dengan menukarkan uang sejumlah yang sama dengan memesan pada laman https://pintar.bi.go.id/ mulai Pk, 15.00 pada 17 Agustus 2020. Aku pun mulai berpikir untuk memesannya.
Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun RI /ANTARA |
Tak lama, beberapa rekan grup WA memposting tanda pemesanan penukaran Uang Peringatan Kemerdekaan (UPK) 75 tahun RI, hasrat untuk ikut memesan makin kuat. Anggap saja sebagai kenang-kenangan. What ? Uang sebagai kenangan-kenangan, emangnya mahar kawin.
Akhirnya aku mengunjungi laman https://pintar.bi.go.id untuk melakukan pemesanan, namun sayang jadwal penukaran hingga 2 September 2020 sudah penuh. Beberapa jam kemudian aku coba lagi ternyata sudah tersedia jadwal penukaran pada 3 September 2020 dan aku memilih jadwal pagi Pk. 08.00 - 09.00 di Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Barat.
Bukti Pemesanan Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun RI |
"Apa yang akan terjadi jika sebanyak 75 juta lembar uang UPK 75 Tahun RI dengan nominal 75000 rupiah habis ditukarkan oleh masyarakat, dan masyarakat punya pikiran yang sama yaitu menjadikan UPK 75 Tahun RI sebagai kenang-kenangan. Uang tersebut disimpan dalam bingkai kaca dan jadi pajangan. Berarti akan ada 75.000.0000 x 75.000 = 5.625.000.000.000 (5,625 trilyun) yang disimpan dan tidak bergerak atau tidak berputar di masyarakat"
Muantaaab...
BalasHapusLanjutkan Pak Dosen...
BalasHapusTerimakasih informasinya pak.
BalasHapus