Mendapat tulisan yang menarik dari grup WA terkait dengan sejarah penanggalan atau Kalender Masehi. Berikut saya copas saja ya.
Suatu Hari Menuju Dari Roma
By: Ahmed Bahrul Khan
Kalender Masehi yang dinisbatkan pada tahun
kelahiran sang Rasul mulia, Al-Masih 'Isa putra
Maryam dan dalam perkembangannya telah
dijadikan sebagai penanggalan dunia/internasional,
bahkan mayoritas sistem kalender yang dipakai oleh
negara dari berbagai belahan dunia menggunakan
penanggalan tersebut.
Akan tetapi, tahukah anda bahwa sebenarnya tidak
pernah ada hubungan maupun pengaruh antara tahun
kelahiran 'Isa 'alaihis sholawatu wasalam terhadap
sistem penanggalan ini, karena jauh sebelum Nabi
'Isa lahir sistem kalender tersebut sudah ada dan digunakan dengan berbagai perubahan, baik nama
maupun bulan hingga akhirnya sampai pada sistem perhitungan yang hamper sempurna seperti sekarang
ini.
Lalu bagaimana sesungguhnya proses pengkaitan kalender ini dengan tahun kelahiran Nabi 'Isa,
untuk itu tidak ada salahnya jika kita kembali ke salah satu rumah sejarah peradaban dunia, yang
sekarang ini telah menjadi ibukota negara Italia, yaitu Roma (Romawi).
Hakikatnya kalender Masehi adalah bermula dari kalender Romawi, sedang kalender Romawi
sendiri ada dan berlaku sejak didirikannya Kerajaan Romawi oleh kakak beradik Remus dan Romulus
pada tahun 753 SM menurut hitungan kalender sekarang, maka tahun pendiriannya disebut 1 AUC (Ab
Urbi Condita=Sejak kerajaan dibangun) dengan Konsep Perhitungan Solar (sistem kalender yang
didasarkan dari Musim Semi dan Pergerakan Matahari) sehingga awal musim semi dijadikan sebagai
awal Tahun Baru yaitu tanggal 1 Maret.
Kalender Romawi hanya memiliki 10 bulan dengan jumlah hari dalam 1 tahun sebanyak 304
hari. Adapun nama-nama bulan tersebut diambil dari sebagian para dewa mereka (Yunani-Romawi),
yaitu bulan Maret (Martius) dari Dewa Perang Mars, April dari Dewi Aprilius (Aprilia; Dewi Cinta),
Mei dari Dewi Maius (Maia; Dewi Kesuburan), dan Juni dari Dewi Junius (Dewi Juno, Istri Dewa
Jupiter). Sedangkan untuk bulan ke 5 sampai 10 berdasarkan penamaan susunan angka Romawi, seperti
bulan ke-5 dinamakan Quintilis (Quinque, artinya 5), Sextilis (Sex=6) sebagai bulan keenam, September
(Septem=7) sebagai bulan ketujuh, Oktober (Octo=8) sebagai bulan kedelapan, November (Novem=9)
sebagai bulan kesembilan dan terakhir Desember (Decem=10) sebagai bulan kesepuluh.
Kalender yang terdiri atas 10 bulan itu kemudian berubah menjadi 12, ketika Raja Romawi ke2, Numa Pompillus pada tahun 36 AUC/717 SM menambahkan 2 bulan pada awal kalender tersebut,
yaitu Januarius (Dewa Janus yang berwajah dua, menghadap kedepan dan kebelakang, mampu
memandang ke masa lalu dan masa depan), karena itu Januari ditempatkan sebagai urutan pertama.
Adapun bulan ke-2 adalah Februarius yang diambil dari upacara Februa, yaitu ruwatan atau bersih desa
dalam menyambut kedatangan musim semi. Sehingga dari penambahan 2 bulan tersebut mengakibatkan
bulan Quintilis sampai Desember terjadi anomalisasi, artinya urutan atau posisi bulan tidak lagi sesuai
dengan arti nama yang sebenarnya dan jumlah hari yang awalnya dalam setahun 304 berubah menjadi
354/355 hari. Namun agar tahun baru tetap jatuh pada tanggal 1 Maret (awal musim semi), maka setiap
tiga tahun sekali disisipkan bulan interkalasi, setelah bulan Februari.
Dalam perkembangannya, pada tahun 708 AUC/47 SM, saat Julian Caesar menjadi Raja Romawi
telah terjadi kemelesetan 3 bulan dari awal musim semi sehingga dari peristiwa tersebut, atas saran dari
ahli astronomi Sosigenes dari Alexandria (Mesir), Raja Julian Caesar menetapkan ketentuan sebagai
berikut :
- Tahun 47 SM ditetapkan menjadi 455 hari dengan penambahan 90 hari, yaitu 23 hari pada bulan Februari dan 67 hari antara bulan November dan Desember
- Mengundurkan bulan Juni menjadi bulan Maret kembali agar sesuai dengan musim semi
- Mulai tahun 46 SM umur rata-rata dalam setahun 365,25 hari, sehingga dalam setiap 4 tahun sekali: tiga tahun berturut-turut 365 hari disebut hari biasa dan pada tahun keempat 366 hari disebut tahun kabisat, dan penambahan 1 hari tersebut diletakkan pada bulan Februari, sehingga 28 hari pada tahun biasa dan 29 hari tahun kabisat
- Permulaan tahun baru ditetapkan pada tanggal 1 Januari yang sebelumnya adalah tanggal 1 Maret
- Titik permulaan awal musim bunga ditetapkan pada tanggal 24 Maret
Dengan kejadian tersebut maka pada tahun 708 AUC/47 SM berubah menjadi tahun 1 Julian dan
untuk mengenang jasanya maka nama bulan Quintilis dirubah menjadi bulan Juli serta merubah bulan
Sixtilis dengan nama Agustus, untuk menghormati Kaisar Augustus yang berkuasa setelah Julius Caesar
(5-33 Julian/42-14 SM).
Kemudian masa terus bergulir, sampai orang-orang Romawi mulai memeluk agama Nasrani
secara turun temurun, hingga gereja termasuk dalam bagian dari sistem pemerintahan beberapa abad
lamanya, namun barulah pada tahun 572 Julian saat Kaisar Justian menugaskan Rahib Katolik Dionysius
Exogus untuk membuat perhitungan tahun dengan bertolak pada tahun kelahiran Yesus. Berdasar
perkiraan Dionysius bahwa Nabi ‘Isa lahir pada tahun 47 Julian, sehingga berubahlah dari tahun 47
Julian menjadi 1 AD (Anno Domini= Tahun Tuhan) dan tahun 572 Julian diganti dengan
mengundurkannya menjadi 526 AD. Anno Domini (AD) yang lebih kita kenal dengan sebutan Masehi.
Seiring bergantinya tahun ke tahun, kalender Masehi masih belum mencapai titik sempurna pada
sistem perhitungannya, karena jumlah hari dalam setahun menurut kalender Julian 365,25 sedangkan
berdasar tahun tropis (khatulistiwa) 365,2422 hari, sehingga sejak kalender Julian ditetapkan hingga
tahun 1582 M telah terjadi penambahan sebanyak 10 hari yang ketika itu tanggal 4 Oktober 1582 M.
Akhirnya seorang Paus Gregorious XIII selaku pimpinan gereja Roma melakukan pembaharuan dengan
menetapkan :
- Titik permulaan musim bunga yang ditetapkan Julian Caesar pada tanggal 24 Maret dirubah menjadi 21 Maret
- Hari kamis tanggal 4 Oktober 1582 M diikuti oleh hari jum’at tanggal 15 Oktober 1582 M, sehingga tanggal 5-14 Oktober 1582 M tidak pernah ada dalam sejarah.
Dari peristiwa tersebut dikenalah dengan Kalender Gregorian dan untuk memperkecil kesalahan
pada masa mendatang, tiga dari empat sentesimal (tahun peralihan abad) yang selalu kabisat dibuat
sebagai tahun biasa. Jadi 1600 kabisat; 1700, 1800 dan 1900 tahun biasa; 2000 kabisat lagi dan
seterusnya. Sistem Gregorian ini ternyata cukup akurat, hanya berlebih 0,0003 hari per tahun, sehingga
untuk mencapai kesalahan 1 hari diperlukan waktu 3333 tahun. Jadi, kalender Gregorian baru perlu
dikoreksi pada awal abad ke 50 Masehi.
Referensi :
- Ashadi. 2016. Peradaban dan Arsitektur Klasik Yunani-romawi. Jakarta: UMJ Press.
- Marpaung, Watni. 2015. Pengantar Ilmu Falak. Jakarta: Prenadamedia Group. 3. Wikipedia (Kalender Romawi, Julian, Masehi dan Gregorian)